Mengenal Tanri Abeng Si 'Manajer 1 Miliar' Memulai Bisnis dengan Menjual Pisang
Tanri Abeng dilahirkan di sebuah desa di Pulau selayar, Sulawesi Selatan.
Pada saat berusia 10 tahun kedua orang tuanya meninggal dan kemudian ia dikirim
untuk tinggal bersama kerabat di Makassar. Ia belajar dengan keras sambil
bekerja untuk menopang kebutuhan sehari-harinya. Antara lain dengan menstensil
catatan-catatan sekolah dan kuliah, memberi les, dan sebagainya.
Berkat kegigihannya dan sikap tidak mau menyerah terhadap keadaan
akhirnya ia berkesempatan menjadi siswa terpilih untuk program pertukaran
pelajar di Amerika. Setelah ia lulus dari Universitas Hasanudin ia juga
berkesempatan mendapatkan beasiswa untuk mengambil Master of Business
Administration dari State University, New York. Setelah lulus MBA ia sudah
menduduki jabatan direktur keuangan dan Corporate Secretary di perusahaan
multinasional di Amerika Serikat.
Lima tahun kemudian ia dialihtugaskan ke Singapura dan bertanggung jawab
atas pemasaran di Eropa, Asia, dan Afrika. Tahun 1979 Tanri pindah menjadi CEO
di Multi Bintang dan berhasil mengangkat perusahaan multinasional ini menjadi
bintang pasar minuman di Indonesia. Tahun 1991 ia mencoba tantangan baru menjadi
CEO di Bakrie Brothers yang ia tetap masih diminta sebagai Non executive di
Multi Bintang. Tidak hanya cukup sampai situ, Tanri juga memegang banyak posisi
senior non eksekutif dibeberapa organisasi. Hingga yang terakhir ia dipercaya
menjadi Menteri Negara Pendayagunaan BUMN dari 25 Mei sampai 13 Oktober tahun
1999.
(Dikutip
dari detik.com)
Jakarta - Pengusaha Tanri Abeng mengaku pernah
mengalami masa-masa sulit semenjak kecil. Tanri yang sempat dijuluki sebagai
'manajer Rp 1 miliar' telah menanamkan perilaku kewirausahaan sejak masih umur
6 tahun.
"Saya karena terpaksa sejak umur 6 tahun sudah punya prilaku entrepreneurship," ungkap Tanri saat menjadi pembicara di acara Seminar Kewirausahaan di Highscope Indonesia, Jakarta, Kamis (24/5/12).
Berasal dari keluarga yang kurang berkecukupan, Tanri harus membanting tulang untuk menopang kebutuhannya sehari-hari. "Karena keluarga saya begitu miskin, seminggu saya jualan 1 sisir pisang cukup untuk jajan saya 1 minggu," tambahnya.
Selain itu, berlanjut ke masa SMA, jiwa kewirausahaan mantan Menteri BUMN ini makin menjadi. "Saya masuk sekolah menengah saya sudah mengetik sendiri dari sekolah saya stensil langsung saya jual," terangnya.
"Proses saya memang profesional tapi perilakunya entrepreneur," imbuhnya.
Tanri Abeng lahir di Selayar, Propinsi Sulawesi Selatan tanggal 7 Maret 1942, dari sebuah keluarga miskin. Ia belajar dengan keras, sambil juga mencari uang untuk menopang kebutuhan sehari-harinya.
Sikap tidak mau menyerahnya terhadap keadaan terbukti membuahkan hasil. Ia terpilih sebagai peserta program pertukaran pelajar American Field Service. Kemudian ia meneruskan kuliah di Universitas Hasanudin. Ketika jadi mahasiswa Tanri memperoleh beasiswa untuk mengambil Master of Business Administration dari State University, New York.
Selulus MBA, dimulai dari management trainee di Amerika Serikat, Tanri dalam waktu singkat pada usia 29 tahun sudah menduduki jabatan direktur keuangan dan Corporate Secretary di perusahaan multinasional tersebut.
Tahun 1979 Tanri pindah, menjadi Chief Executive Officer di Multi Bintang dan berhasil mengangkat perusahaan multinasional ini menjadi bintang pasar minuman di Indonesia.
Tahun 1991 Tanri mencari tantangan baru dengan menjadi CEO di Bakrie Brothers, namun tetap diminta menjadi Non executive chairman di Multi Bintang. Di Bakrie ia juga melakukan turn around dengan melakukan restrukturisasi, profitisasi, dan akhirnya menjadi perusahaan publik.
Sementara itu, ia juga memegang banyak posisi senior non eksekutif di banyak organisasi kepemerintahan dan LSM seperti Komisi Pendidikan Nasional, Badan Promosi Pariwisata, Dana Mitra Lingkungan, Asosiasi Indonesia Imggris, Institut Asia-Australia, Yayasan Mitra Mandiri, dan sebagainya.
Terakhir, ia dipercaya menjadi Menteri Negara Pendayagunaan BUMN dari 25 Mei sampai dengan 13 Oktober 1999. Saat ini Tanri lebih memilih fokus di dunia pendidikan, ditandai dengan dibangunnya Universitas bernama Tanri Abeng University.
"Saya karena terpaksa sejak umur 6 tahun sudah punya prilaku entrepreneurship," ungkap Tanri saat menjadi pembicara di acara Seminar Kewirausahaan di Highscope Indonesia, Jakarta, Kamis (24/5/12).
Berasal dari keluarga yang kurang berkecukupan, Tanri harus membanting tulang untuk menopang kebutuhannya sehari-hari. "Karena keluarga saya begitu miskin, seminggu saya jualan 1 sisir pisang cukup untuk jajan saya 1 minggu," tambahnya.
Selain itu, berlanjut ke masa SMA, jiwa kewirausahaan mantan Menteri BUMN ini makin menjadi. "Saya masuk sekolah menengah saya sudah mengetik sendiri dari sekolah saya stensil langsung saya jual," terangnya.
"Proses saya memang profesional tapi perilakunya entrepreneur," imbuhnya.
Tanri Abeng lahir di Selayar, Propinsi Sulawesi Selatan tanggal 7 Maret 1942, dari sebuah keluarga miskin. Ia belajar dengan keras, sambil juga mencari uang untuk menopang kebutuhan sehari-harinya.
Sikap tidak mau menyerahnya terhadap keadaan terbukti membuahkan hasil. Ia terpilih sebagai peserta program pertukaran pelajar American Field Service. Kemudian ia meneruskan kuliah di Universitas Hasanudin. Ketika jadi mahasiswa Tanri memperoleh beasiswa untuk mengambil Master of Business Administration dari State University, New York.
Selulus MBA, dimulai dari management trainee di Amerika Serikat, Tanri dalam waktu singkat pada usia 29 tahun sudah menduduki jabatan direktur keuangan dan Corporate Secretary di perusahaan multinasional tersebut.
Tahun 1979 Tanri pindah, menjadi Chief Executive Officer di Multi Bintang dan berhasil mengangkat perusahaan multinasional ini menjadi bintang pasar minuman di Indonesia.
Tahun 1991 Tanri mencari tantangan baru dengan menjadi CEO di Bakrie Brothers, namun tetap diminta menjadi Non executive chairman di Multi Bintang. Di Bakrie ia juga melakukan turn around dengan melakukan restrukturisasi, profitisasi, dan akhirnya menjadi perusahaan publik.
Sementara itu, ia juga memegang banyak posisi senior non eksekutif di banyak organisasi kepemerintahan dan LSM seperti Komisi Pendidikan Nasional, Badan Promosi Pariwisata, Dana Mitra Lingkungan, Asosiasi Indonesia Imggris, Institut Asia-Australia, Yayasan Mitra Mandiri, dan sebagainya.
Terakhir, ia dipercaya menjadi Menteri Negara Pendayagunaan BUMN dari 25 Mei sampai dengan 13 Oktober 1999. Saat ini Tanri lebih memilih fokus di dunia pendidikan, ditandai dengan dibangunnya Universitas bernama Tanri Abeng University.
Pendapat
pribadi tentang Tanri Abeng:
Perjuangan hidup Seorang Tanri Abeng
sangat memotivasi khususnya bagi para generasi muda, usahanya yang gigih dan
pantang menyerah tersebut sangat bisa kita jadikan contoh untuk berkembang
lebih maju di era milenial dan serba ada ini. Dari mulai ia berjualan sesisir
pisang untuk menambah uang saku hingga saat ia mendapat beasiswa dibangku
perkuliahan. Kehidupan Tanri sangat jauh bila dibandingkan dengan kehidupan
kita sekarang ini, pada jamannya teknologi masih sangat sulit tidak seperti
sekarang. Teknologi yang canggih sebaiknya kita manfaatkan yang sebaik-baiknya
untuk hal yang bermanfaat tidak hanya untuk hal-hal yang sifatnya hanya
menghibur tetapi tidak mengedukasi. Kita bisa memanfaatkan sosial media yang
biasanya hanya digunakan untuk hal-hal yang kurang penting menjadi hal yang
bermanfaat, yaitu dengan berbagi ilmu misalnya membuat blog, membuat tutorial
mengerjakan sesuatu baik itu tentang pendidikan ataupun kehidupan sehari-hari
melalui sebuah video singkat. Jadi kita harus pandai-pandai memanfaatkan
sesuatu untuk bisa bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain.
Komentar
Posting Komentar