AA YKPN: Formula Keputusan Berbasis Etika



     Pengambilan keputusan ialah proses memilih suatu alternatif dalam bertindak dengan metode yang efektif dan efisien sesuai dengan situasi. Hal itu dilaksanakan untuk menemukan dan menyelesaikan masalah organisasi. Dalam pengambilan keputusan pimpinan (top manajer) perlu memahami serta memiliki ketrampilan dalam mengambil keputusan atau pembuatan kebijakan. Didalam suatu organisasi atau bisnis pengambilan keputusan atau kebijaksanaan harus dirasakan sebagai keputusan bersama dan terarah pada kepentingan organisasi, bukan untuk kepentingan pribadi atau kelompok saja.
     Untuk itu dalam penerapan etika di dunia bisnis yang paling penting adalah bagaimana membuat keputusan yang bertanggung jawab baik internal maupun eksternal. Hal ini dikarenakan keputusan tidak hanya dipandang dari segi ekonomi namun juga harus dipandang dari dimensi sosial budaya, sosial politik, serta keamanan suatu negara. Oleh karena itu suatu keputusan bisnis harus berkaitan erat dengan nilai-nilai dan norma yang patut serta sesuai dengan lingkungan suatu bisnis tersebut.
    Dalam proses pengambilan keputusan berbasis etika tentunya tidak mudah, pasti ada banyak kendala serta hal-hal yang ada diluar pikiran. Tetapi selagi sebuah bisnis atau organisasi terus belajar, seiring berjalannya waktu akan terbiasa dengan penerapan etika serta moral dalam setiap keputusannya. Serta untuk bisa melandasi semua kegiatan berbasis etika pasti juga membutuhkan waktu yang tidak sebentar, maka dari itu dengan waktu yang cukup lama pasti akan membuat sebuah bisnis atau organisasi menjadi terbiasa melakukan segala hal dengan prinsip kebaikan. Maka dari itu dalam etika bisnis terdapat beberapa formula untuk proses pengambilan keputusan.

Formula Keputusan Berbasis Etika
 Formula keputusan berbasis Etika dalam etika bisnis adalah antara lain:
  1. Golden Rule
       Hal ini menjelaskan bahwa jika anda ingin diperlakukan adil, maka harus memperlakukan orang secara adil juga. Selain itu juga apabila kamu ingin diberi tahu kebenaran maka berilah orang lain kebenaran juga. Dalam prinsip golden rule kita dituntut untuk tidak melakukan pengecualian terhadap diri sendiri maupun orang lain. Sehingga kita harus memperlakukan seseorang tanpa memandang siapa mereka dan dari mana mereka berasal. Jadi dalam hal ini kita dituntut untuk memahami tentang bagaimana kita harus memperlakukan orang lain.
  2. Disclosure Rule
       Aturan Pengungkapan (Disclosure Rule) adalah apabila merasa nyaman dengan keputusan yang akan diambil, termasuk untuk diketahui oleh siapapun, maka buatlah dan lakukan keputusan tersebut. Disclosure Rule merupakan prinsip untuk melengkapi Peraturan Emas (Golden Rule). Jadi sebuah keputusan harus melibatkan orang lain dengan maksud tidak hanya kita sendiri yang akan merasakan, tetapi harus memikirkan kenyamanan orang lain untuk ikut melaksanakan keputusan yang telah ditetapkan tersebut. Karena hal inilah yang akan menjadi indikasi kuat bagaimana sebuah keputusan akan dilihat dan dilakukan.
  3. The Intuition Ethic
       Etika Intuisi yaitu suatu keputusan yang diambil sesuai hati nurani. Dalam hal ini bukanlah sesuatu yang mudah karena dalam pengambilan keputusan harus didasari dengan wawasan yang luas, cepat dan juga siap. Intuisi bisa dianggap juga sebagai firasat, jadi bagaimana pikiran kita tentang sesuatu yang belum terjadi atau mungkin akan terjadi sebelum terlibat dalam suatu pemikiran. Jadi seseorang harus berfikir dua kali untuk mengikuti sebuah keputusan. Sangat mungkin apabila etika intuisi menghasilkan evaluasi tindakan yang diusulkan.
  4. The Categorical Imperative
       Pada intinya kategoris imperatif adalah tidak membuat keputusan yang tidak bisa dilaksanakan oleh pihak yang terlibat dalam keputusan. Prinsip ini berpendapat bahwa seseorang tidak seharusnya menjalankan sesuatu atau tindakan yang tidak bisa mereka lakukan. Dalam hal ini manajer benar-benar mecari konsistensi dari apa yang telah diputuskan dan benar-benar bisa dilakukan. Jadi dalam pembuatan keputusan harus benar-benar bisa menjalani apa yang telah ditetapkan.
  5. The Professional Ethic
       Etika Profesional menyatakan bahwa saat membuat keputusan harus bisa mempertanggungjawabkan dihadapan rekan seprofesi maupun terhadap komite. Sebelum penentuan keputusan harus bersifat argumentatif misalnya oleh seorang atasan dan bawahan harus saling berpendapat yang tentunya berlandaskan moral dan etika yang baik. Setelah berhasil memutuskan sesuatu dalam pelaksanaannya juga harus dilaksanakan dengan penuh rasa tanggung jawab, karena keputusan itu dibuat sendiri jadi hanya yang membuatlah yang bisa melaksanakan.
  6. The Utilitarian Principle
       Prinsip utilitarian yaitu sebuah keputusan harus memberi manfaat bagi sebagian besar orang. Hal ini cukup sulit dilakukan karena untuk memberi manfaat pada pembuat keputusan saja belum tentu bisa sepenuhnya dilakukan, apalagi manfaat untuk orang banyak. Jadi dalam hal ini organisasi atau bisnis perlu mengembangkan prinsip ini untuk terus memberi manfaat untuk orang lain tidak hanya bagi perusahaan saja. Dalam pengambilan kepurtusan dengan prinsip ini membutuhkan pemikiran yang global dan luas agar mendatangkan banyak manfaat.
  7. The Virtue Principle
       The Virtue Principle (prinsip kebajikan) adalah prinsip yang membahas tentang membuat keputusan untuk mewujudkan kebaikan yang diharapkan. Tujuan utama dari prinsip ini adalah melayani dengan kebaikan secara profesional dan kompeten. Etika kebajikan berakar dari aspirasi kelompok tertentu, yang nantinya akan membantu sebuah bisnis untuk berperilaku etis sesuai dengan peraturan dan tindakan yang sesuai dengan lingkungan tempat bisnis atau perusahaan berdiri.


Sumber:

Komentar

Postingan populer dari blog ini

AA YKPN: Stakeholders Impact Analysis

Mengenal Tanri Abeng Si 'Manajer 1 Miliar' Memulai Bisnis dengan Menjual Pisang

AA YKPN: Makna Penyajian Informasi Secara Wajar